Noor Lizah Nurdin: Perlu Perda Pelestarian Tanjak dan Warisan Budaya

Kepri146 Dilihat

TANJUNGPINANG — Pembina Yayasan Taruna Bangsa yang juga Istri Gubernur Kepri, Noor Lizah Nurdin berharap ada aturan hukum seperti peraturan daerah (Perda) dalam upaya menjaga, merawat dan melestarikan Tanjak Warisan Alam Melayu dan nilai-nilai budaya melayu lainnya. Dengan demikian kekayaan dan keberagaman warisan alam Melayu akan terjaga dengan baik sampai ke generasi terbaru.

Hal itu disampaikan Noor Lizah setelah melihat antusias menghadiri acara Bengkel Tanjak yang merupakan rangkaian acara Menjemput Tamadun Melayu, akhir pekan lalu di Gedung Daerah Tanjungpinang.

Selain Bengkel Tanjak, juga dilaksanakan Seminar Destar, Tanjak dan Tengkolok, Bazar kue dan masakan Melayu tempo dulu, pameran alat-alat, pakaian dan warisan alam dan khasanah Melayu.

“Sebuah aturan seperti peraturan daerah (Perda) yang khusus mengatur Tanjak ini saya pikir sangat penting disusun segera. Sehingga seminar dan bengkel Tanjak serta usaha pelestarian warisan alam Melayu lainnya tidak berhenti pada ajakan pelestarian saja tetapi benar-benar di aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Noor Lizah.

Tidak itu saja, Noor Lizah juga berharap para genetasi muda bisa dilibatkan lebih banyak dan lebih luas lagi. Hal itu karena pelestarian sebuah budaya secara turun temurun ada ditangan dan kesadaran para generasi muda.

Khusus untuk Tanjak saja, Noor Lizah sendiri mengaku baru mengetahui bahwa Tanjak yang dipakai di Kepri hari ini adalah Tanjak dari Malaysia, yakni Tanjak Dendam Tak Sudah yang berasal dari Negeri Sembilan Malaysia.

Padahal, Tanjak warisan alam Melayu Kepri sendiri sangat banyak, yakni seperti Tanjak Nahkoda Trong, Cogan Daun Kopi, Takur Tukang Besi, Tanjak Mahkota Alam, Tanjak Bugis Tak Balik, Tanjak Laksmana Mude, Tanjak Ajudan Bingas, Tanjak Semangat Ugi dan Tanjak Lang Me yambar. Namun belum tersosialisasi dan terlestarikan dengan baik sehingga tidak akrab dipakai masyarakat sehari-hari.

“Padahal setiap orang yang memakai Tanjak warisan Melayu Kepri ini ada seolah-olah punya kharisma tersendiri karena ada ritual tertentu yang dilakukan. Sehingga, meski wajahnya biasa-biasa saja , setelah mengenakan Tanjak berubah berwibawa,” jelas Noor Lizah.

Begitu juga dengan kue dan masakan khas Melayu. Pada Bazar kemaren Noor Lizah hanya menemukan satu stand saja yang menjual kue dan masakan Melayu tempo dulu. Sementara masakan dan kue Melayu Tempo dulu sangat beragam.

Begitu juga dengan suasa dan penjual kue dan masakan di stand-stand tersebut, belum semua mengenakan pakaian Melayu atau baju Melayu.

“Ini semua sudah menjadi catatan saya dan kedepan pada tahun selanjutnya perlahan-lahan kita sempurnakan sehingga bisa dikemas menjadi sebuah event wisata yang bisa dijual ke manca negara dan menjadi destinasi wisata khas di Kepri,” jelas Noor Lizah.

Sementara itu, Ketua Panitia Menjemput Tamadun Melayu, Berry Kurniawan menyadari banyak PR lagi yang perlu diselesaikan selepas acara tersebut. Kendati begitu, acara yang terselenggara atas kerjasama Yayasan Taruna Bangsa dan Ahlul Tanjak Nusantara sudah merupakan kemajuan bagi usaha pelestarian warisan alam melayu.

“Kami mengusahakan agar event ini bisa terselenggara dengan rutin setiap tahunnya. Apalagi setelah kami melihat antusias masyarakat dan dukungan Gubernur Kepri serta LAM Kepri. Para anak muda akan terus kami libatkan dengan berbagai cara kiatnya. Mohon doa dari seluruh masyarakat Kepri,” harap Derry.

Dewan Pengarah Warisan Alam Melayu Malaysia Encik Johan Iskandar memuji usaha Kepri menyelenggarakan acara Tanjak dan budaya melayu lainnya karena Kepri sudah memulai upaya untuk terus menghidupkan jati diti Melayu di tengah kehidupan Masyarakat.

Acara tersebut juga dihadiri dari Pontianak, Indragiri Hilir, Siak, Pekanbaru, Serdang, Karimun, Daik Lingga, Batam dan Bintan. Dari malaysia dari Perak, Subang, Johor Baru, dan Selangor.(R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *