Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan dihormati. Kemudian, kemajemukan ini diwujudkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Namun tanpa disadari, ketidakmampuan mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat menerima kemajemukan justru dapat membahayakan Indonesia itu sendiri.
“Pengaruh berkelanjutan politik kolonial devide et impera telah mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Wakil Ketua Komisi I DPRD Kepri, Taba Iskandar saat menjadi narasumber Empat Pilar Kebangsaan, di Hotel Harmoni One, Selasa (10/7).
Taba menambahkan, bahwa empat pilar merupakan prasyarat minimal bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan meraih kemajuan. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara harus menjadi jiwa yang menginspirasi seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila baik sebagai ideologi dan dasar negara sampai hari ini tetap kokoh menjadi landasan dalam bernegara.
“Selain itu, agar negara Indonesia tetap berdiri, setiap warga Negara Indonesia harus memiliki keyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsip moral ke Indonesian,” tegasnya.
Hadir dalam acara ini, ketua Komisi I Abdulrahman, Sekretaris Komisi I Sukhri Fahrial, Ruslan Kasbulatov, Thomas Suprapto, Wan Norman Edi dan Sarafudin Aluan. Tak hanya itu, perwakilan mahasiswa, Pramuka dan Tagana Provinsi Kepri ikut menghadiri sosialisasi ini.***
Narasi dan Foto : Istimewa