Putrakepri.com, Tanjungpinang, tepatnya di kawasan Tugu Gurindam 12, para pedagang merasakan dampak positif dari relokasi dan kesempatan baru untuk berjualan. Dengan beragam usaha kecil yang menghidupi keluarga, para pedagang merasakan adanya perubahan besar dalam keberlanjutan hidup mereka. Meskipun tidak semua berjalan mudah, usaha dan kerja keras mereka terus berlanjut demi mencukupi kebutuhan keluarga dan masa depan anak-anak mereka.
Erna, seorang pedagang martabak telur, mengaku kehidupannya lebih baik setelah pindah ke lokasi baru di Zona B. Sebelumnya, Erna berjualan di Tanah Merah yang pengunjungnya cenderung sepi.
“Sepi bang di sana, di tempat saya lama di Tanah Merah. Di sini, di Zona B, alhamdulillah masih lumayan ramai,” ujarnya sambil tersenyum. Meski harus mendorong gerobak keluar-masuk setiap hari, Erna menganggapnya sebagai usaha kecil demi pemasukan yang lebih stabil.
Tak hanya sebagai pedagang, Erna juga seorang ibu yang harus mengurus tiga anaknya. Dua di antaranya sedang duduk di bangku SMP, sementara yang bungsu masih SD. Mereka tinggal di Jalan Pemuda, dan setiap hari Erna harus memastikan kebutuhan keluarganya tercukupi. Sementara itu, suami Erna juga turut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan es krim keliling.
Lain halnya dengan Pak Nifel, pemilik warung mie level dan pangsit di kawasan tersebut. Usaha mie ini tidak hanya menghidupi keluarganya tetapi juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bekerja. Salah satunya adalah Nazzula, seorang siswa SMA N 7 yang tinggal di Batu 14. Nazzula bekerja paruh waktu dan menerima gaji Rp50.000 sehari.
“Tujuannya memang untuk membantu meringankan beban orang tua dan menambah uang saku sekolah,” kata Nifel.
Di sudut lain Tugu Gurindam 12, Dacia, warga Kampung Bugis, terlihat sibuk melayani pembeli sempol ikan, salah satu jajanan tradisional khas daerah. Bekerja sebagai penjual sempol ikan telah menjadi tumpuan bagi Dacia untuk membantu ekonomi keluarganya.
“Dengan berjualan di sini, saya merasa lebih dekat dengan masyarakat. Orang-orang senang beli sempol ikan buat camilan sore,” ujarnya.
Bang Deni, warga Jalan Damai, juga turut meramaikan suasana dengan menjual es kiamboy. Es kiamboy, minuman dingin dengan rasa asam-manis yang menyegarkan, menjadi favorit bagi para pengunjung Tugu Gurindam 12. Bang Deni merasa bahwa berjualan es kiamboy bukan hanya soal meraup keuntungan, tapi juga menciptakan pengalaman kuliner bagi pengunjung.
“Saya senang lihat mereka nikmatin es kiamboy saya. Rasanya itu, jadi kebanggaan tersendiri,” kata Deni.
Selain itu, Rizki, seorang pemuda yang turut membantu berjualan di Tugu Gurindam 12, juga merasakan manfaat dari adanya lapak usaha di sana. Menurut Rizki, pekerjaan ini membantunya mendapatkan penghasilan untuk membantu ekonomi keluarganya. “Dengan adanya dagangan ini, kami bisa numpang bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk membantu kehidupan keluarga,” katanya dengan nada penuh harapan.
Para pedagang ini saling menguatkan dan berbagi cerita di sela-sela waktu berjualan. Mereka menjadikan lapak di Tugu Gurindam 12 bukan hanya sebagai tempat mencari nafkah, tetapi juga sebagai ruang berkumpul dan menjalin hubungan baik dengan sesama pedagang. Keberadaan mereka, meski sederhana, turut menghidupkan suasana dan ekonomi di kawasan tersebut.
Kawasan Tugu Gurindam 12 memang telah menjadi magnet baru bagi masyarakat Tanjungpinang. Baik warga lokal maupun pengunjung dari luar kota datang untuk menikmati suasana, makanan, dan minuman yang disajikan para pedagang. Bagi banyak pedagang, terutama mereka yang hidup pas-pasan, lokasi ini menawarkan peluang yang sangat berarti.
Terlepas dari segala keterbatasan, para pedagang di Tugu Gurindam 12 tetap optimis menjalani aktivitas sehari-hari. Meskipun berjualan terkadang membutuhkan pengorbanan, terutama bagi mereka yang harus mengurus keluarga, namun pengorbanan itu terbayar dengan senyuman para pembeli dan rezeki yang didapat.
Kisah-kisah seperti Erna, Pak Nifel, Dacia, Bang Deni, dan Rizki memperlihatkan bagaimana keberanian dan semangat mereka dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka beradaptasi dengan situasi dan terus berupaya memberikan yang terbaik, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat yang datang ke Tugu Gurindam 12.
Tugu Gurindam 12 telah menjadi saksi perjuangan hidup para pedagang kecil di Tanjungpinang. Dalam keramaian dan semaraknya lokasi ini, terselip kisah-kisah penuh inspirasi dari mereka yang pantang menyerah dalam mencari nafkah. Suatu hal yang mungkin sederhana, namun bermakna bagi kehidupan mereka yang menjadikannya sebagai sandaran. (Naa)